Penyebab Banjir di Jakarta
SECARA GEOGRAFI
Kota Jakarta terletak pada 106 derajat 49' 35" Bujur Timur dan 06 derajat 10' 37" Lintang Selatan. Luas Wilayah 650,40 Km2 (termasuk Kepulauan Seribu, 9.20 Km2). Berada di dataran rendah pantai Utara bagian barat Pulau Jawa.terdapat sekitar 10 sungai alami dan buatan
SECARA TOPOGRAFI
Wilayah Bagian Utara sampai sekitar 10 Km ke arah Selatan maksimal tinggi tanah 7 Km di atas titik Peil Priok. Pada lokasi tertentu justru letaknya berada di bawah permukaan laut. Wilayah bagian Selatan Banjir Kanal relatif merupakan daerah berbukit-bukit dibandingkan dengan wilayah Utaranya, keadaan tanah agak curam. Bagian Utaranya keadaan tanahnya hampir rata atau datar.
SECARA SIKAP
kalau dilihat dari sikap warga jakarta , sebenarnya warga jakarta sendiri yang membuatnya banjir
udah karena dataran yang rendah dan warga jakarta sering membuang sampah dikali sampai berton-ton
tapi semua warga jakarta hanya mengandalkan gubernur untuk mengambil sampah,tetapi menurut saya hal itu sangatlah sia-sia karena percuma kalau udah dibersihin pasti ada aja lagi yang membuang sampah dikali.gimana negara kita mau maju kalau begitu-begitu terus.apakah kalian ingin banjir tidak terjadi lagi ?
pasti kalian tidak akan mau , nah saya peringatkan kembali kepada pembaca hindarilah membuang sampah sembarangan agar terciptalah jakarta yag bersih dan bebas banjir
kita bisa ambil contoh dari satu provinsi di indonesia
Empat kota di Indonesia dinyatakan sebagai Kota Besar Terbersih, membuat mereka layak mendapat penghargaan Adipura 2012 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan akan diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Empat kota tersebut yakni Malang, Balikpapan, Manado, dan Yogyakarta. Dalam jumpa pers di Yogyakarta, Senin (4/6), Kepala Bidang Keindahan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono menjelaskan, empat kota yang dinyatakan Kota Besar Terbersih tersebut memiliki sejumlah kriteria.
Antara lain, pengolahan sampah dengan penerapan 3R (Reuse, Reduce, Recycle), pengendalian pencemaran air, keteduhan atau penghijauan, serta koordinasi antar sektor yang melibatkan peran aktif masyarakat.
Agus menjelaskan, penghargaan Adipura ini merupakan kebanggaan sendiri karena mampu mempertahankan piala tersebut hingga tahun ini. Bahkan keberhasilan lain yang diperoleh Kota Yogyakarta adalah mendapat nilai terbaik untuk Terminal Terbaik Terbersih dan Pasar Terbaik Terbersih.
Ketika disinggung tentang pengelolaan lingkungan hidup di Yogyakarta, persoalan utama yang dihadapi adalah mengubah mindset masyarakat untuk menjaga lingkungan.
“Kalau untuk pengelolaan sampah, ruang terbuka hijau, pengelolaan air, dan udara memang masih perlu untuk evaluasi lagi. Namun, yang menjadi target utama saat ini justru kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan,” kata Agus.
Kesadaran masyarakat tersebut dicontohkannya, membiasakan masyarakat untuk memilah sampah, tidak merokok sembarang tempat, menjaga kualitas air, dan menanam tumbuhan hijau.
Untuk meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan, pemerintah juga membuat buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD). Buku ini sangat membantu karena dapat mengetahui kondisi lingkungan di Kota Yogyakarta berupa lingkungan, air, udara, lahan, kegiatan industri yang mengakibatkan pencemaran.
Informasi flora-fauna dan peraturan daerah tentang lingkungan serta SDM yang bergerak di dalamnya dapat juga terliput dalam buku tersebut. “Buku SLHD ini sangat efektif untuk digunakan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Berkat buku ini kami juga berhasil mendapat penghargaan dari KemenLH,” tambahnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Eko Suryo Maharsono menambahkan, Adipura yang diterima oleh Kota Yogyakarta bukan semata-mata hanya penghargaan. Namun, merupakan pemantik untuk terus melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara baik dan benar.
“Kami ingin masyarakat juga terlibat aktif dalam pengelolaan lingkungan ini. Lingkungan menjadi tanggungjawab bersama,” kata Eko.
Komentar
Posting Komentar